The Real Ghosting

 
Karya : Nurul Khotimah

Biasanya setiap malam aku selalu sibuk berbincang ria atau bertukar tawa. Bersama seseorang yang dibilang dekat tetapi jauh, dibilang jauh tetapi seperti kembar siam—selalu menempel kemana pun.

Namun, seminggu ini ia tidak ada kabar. Jangankan bertemu dan tertawa seperti malam-malam kemarin, membaca pesan dariku pun, tidak. Seperti hilang ditelan bumi.

Kuputuskan untuk menyibukkan diri dengan mengerjakan tugas hingga malam. Mencoba mengalihkan beberapa spekulasi yang berkembang di otak. Namun, saat apa yang berkembang itu lenyap dari pikiran, tiba-tiba saja seseorang menepuk pundakku.

"Hai!"

Aku terkejut, seketika  terpekik senang lalu memeluknya. Sial. Rindu ini sangat menggebu-gebu, membuatku lupa bahwa aku sedang berada di kafe dan menjadikan kami bahan tontonan banyak orang. Segera saja aku menyudahi kebodohanku.

"Ke mana aja, sih?" Oh, astaga. Aku bahkan seperti remaja yang baru menetas, menggelikan.

"Gak kemana-mana, kok. Beberapa hari ini lagi sibuk aja," jawabnya.

Aku mengangguk, memaklumi. Setelahnya, kami seperti malam-malam lalu. Berbincang dan tertawa lepas, membuat beberapa orang menatap heran.

Semuanya begitu menyenangkan, membuatku lupa waktu hingga pulang larut malam. Esoknya, aku kembali ke kafe itu. Mengerjakan tugas hingga malam.

Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku. Kupikir 'dia', ternyata pelayan kafe. Pelayan itu terlihat gugup, lalu duduk di kursi sebelahku. Ia lamat-lamat hendak berbicara, tapi mulutnya tak kunjung mengeluarkan suara.

"Maaf, Mbak. Saya mau tanya, kemarin Mbak ngobrol sama siapa?"

Aku menatapnya heran. "Sama pacar saya, emangnya kenapa?" jawabku dengan sedikit sentakan.

"T-tapi, kemarin saya dan pengunjung lain ngeliat Mbak ngomong sendirian."

Hah?

Tamat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Honest Writer Community

Hesty, Gadis Unik yang Terjebak

Naya Liee